Sabtu, 18 Juni 2011

Bambu Gila, Atraksi Khas Maluku


Bambu gila adalah sebuah permainan rakyat yang berasal dari Maluku. Permainan ini dipercaya melibatkan kekuatan supranatural. Atraksi yang biasanya diiringi musik perkusi ini melibatkan beberapa pemuda yang memegang sebatang bambu. Setelah bambu ini diberi mantra oleh seorang dukun, bambu ini lama kelamaan akan terasa berat hingga orang-orang yang memegangnya berjatuhan ke tanah.
Sejumlah pemuda melakukan atraksi budaya 'Bambu Gila' di pantai Liang, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
Sejumlah pemain 'Bambu Gila' bersiap melakukan pertunjukan di Pantai Liang Ambon
Sejumlah pemuda melakukan atraksi budaya 'Bambu Gila' di pantai Liang, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku
Sejumlah pemain 'Bambu Gila' bersiap melakukan pertunjukan di Pantai Liang Ambon

Kronologi Tragedi Ambon Maluku

Tragedi berdarah di Ambon dan sekitarnya bukanlah sesuatu yang tiba-tiba. Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebelum peristiwa Iedul Fithri 1419H berdarah, tercatat beberapa peristiwa penting yang dianggap sebagai pra-kondisi, bahkan jauh ke belakang pada tahun 1995. Beberapa peristiwa itu (sebagian) adalah sebagai berikut.1)
15 Juni 1995: Desa berpenduduk Islam, Kelang Asaude (Pulau Manipa), diserang warga Kristen Desa Tomalahu Timur, pada waktu Shubuh. Penyerangan dikoordinasikan oleh empat orang yang nama-namanya dicatat oleh MUI.
21 Pebruari 1996 (Hari Raya Iedul Fithri) : Desa Kelang Asaude diserang lagi. Serangan dilakukan oleh warga Tomahalu Timur dengan menggunakan batu dan panah. Tiga hari sebelumnya, serombongan orang yang dipimpin oleh sersan (namanya tercatat) datang ke Desa Asaude, menangkap raja (kepala desa) berikut istri dan anak-anaknya. Mereka menggeledah isi rumah dan menginjak-injak peralatan keagamaan.
18 Nopember 1998: Korem 174 Pattimura didemo. Sejumlah besar mahasiswa Unpatti (Universitas Pattimura) dan UKIM (Universitas Kristen Indonesia Maluku), yang dimotori oleh organisasi pemuda dan mahasiswanya menghujat Danrem Kolonel Hikayat. Demonstrasi berlangsung dua hari. Mereka membakar beberapa mobil keamanan, melukai tukang becak, dan merusak serta melempari kaca kantor PLN Cabang Ambon. Jatuh korban luka-luka, baik di pihak mahasiswa maupun kalangan ABRI.
Beberapa bulan sebelumnya, berlangsung desas-desus dan teror. Isu pengusiran orang-orang Bugis-Buton-Makassar (BBM) sudah beredar di tengah masyarakat yang membuat gelisah banyak orang. Mereka kurang bisa membedakan suku Bugis dan Makassar. Kedua suku ini sebenarnya adalah satu. Orang-orang Muslim suku lain (non-Maluku) juga diisukan untuk diusir. Produksi pesanan senjata tajam ditengarai sangat tinggi. Pesanan dilakukan oleh kelompok tertentu.
Isu pengusiran BBM memang berbau SARA, terutama yang menangkut suku dan agama. Entah bagaimana awalnya dari dalam Gereja. yang tepat, isu BBM bertiup dengan kencang dari kalangan Kristen, bahkan kabarnya disuarakan oleh Gereja.
Menjelang akhir Nopember 1998: Sekitar 200 preman Ambon dari Jakarta, yang bekerja sebagai penjaga keamanan tempat judi pulang kampung. Merekalah yang memulai bentrok dengan penduduk Ketapang (Jakarta). Karena umat Islam Jakarta marah, mereka dikepung. Beberapa darinya tewas. Sejumlah besar yang lain diminta masyarakat agar dievakuasi oleh aparat keamanan. Sebagian dari mereka - sekitar 200 orang - inilah yang pulang ke Ambon.
Beberapa 'Test Case' Sebelum Iedul Fithri Berdarah
Setidaknya, ada tiga peristiwa penting yang dapat dianggap sebagai bagian dari tragedi Iedul Fithri berdarah 1999. Ketiga peristiwa itu adalah peristiwa Wailete tanggal 13 Desember 1998, peristiwa Air Bak 27 Desember 1998, dan peristiwa Dobo 14 dan 19 Januari 1999.
Peristiwa-perista di atas adalah sebuah 'test case' yang dinilai berhasil mendeteksi keberanian, persatuan dan kesatuan serta kesiapan Ummat Islam se-Ambon untuk berperang. Kesabaran Ummat Islam yang tengah menyongsong bulan Ramadhan itu dianggap suatu kelemahan terutama penilaian terhadap suku Bugis-Buton-Makassar yang kurang kompak. Atas dasar penilaian demikian itu tampaknya dijadikan peluang untuk mengobarkan Tragedi Iedul Fithri Berdarah. Hal ini terbukti dengan tiba-tiba didatangkan ratusan preman dari Jakarta, eks-konflik Jalan Ketapang, Jakarta sebagai pelaku di lapangan.
Serangan Massa Kristen ke Desa Wailete
13 Desember 1998 : Desa Wailete yang merupakan perkampungan Muslim masyarakat asal Bugis-Buton-Makasar (BBM) diserang oleh warga Kampung Hative Besar (Kristen). Ratusan massa Kristen menyerbu dengan batu, dan membakar kampung Wailete. Serangan dilakukan dua kali pada malam itu dimana tahap kedua dilakukan secara tuntas membakar habis semua rumah sehingga penghuni hanya menyelamatkan diri dengan baju yang melekat di badan saja. Empat rumah dilaporkan terbakar dan satu kios bensin milik orang Bugis terbakar dan meledak. Penduduk desa tersebut mengungsi.2)
Tidak pernah ada kejelasan penyelesaian dalam peristiwa itu. Bahkan polisi tampak ragu menghadapi ancaman warga desa Hative Besar. Keraguan aparat ini tampak jelas sebagai hasil penghujatan selama demo dengan pecahnya insiden Batu Gajah. Dalam rangkaian penghujatan lewat berbagai media massa sebagian berpendapat bahwa oknum Polri telah berhasil digalang untuk melaksanakan rencana mereka. Surat kabar Suara Maluku tidak memberitakan peristiwa besar ini secara proporsional, dua kali pemberitaan yang tidak jelas kemudian menghilang, padahal kasus Batu Gajah diberitakan luar biasa bahkan tulisan-tulisan dengan ungkapan Anjing dan Babi masih berulang selama sebulan.
Ummat Islam yang menjadi panas karena solidaritas Islamiyahnya sebenarnya mengharapkan adanya reaksi protes, pembelaan dan pertolongan yang memadai tetapi hal itu tidak terjadi karena para pemimpinnya memang lemah dan tidak ada tokoh pemersatu. Warga masyarakat desa Hative Besar telah membuktikan secara nyata isu yang berkembang bahwa suku Bugis-Buton-Makassar dan Jawa-Sunda akan diusir dari Ambon.
Setelah aksi pembakaran itu para tokoh desa Hative Besar mengeluarkan pernyataan bahwa mereka tidak akan menerima kedatangan suku Bugis-Buton-Makasar lagi ke desa Wailete, karena itu desa Wailete tidak pernah dibangun lagi, bahkan parapenghuni yang telah melarikan diri itu tak berani mengunjungi bekas kampungnya. Pemerintah daerah tidak memasukanpembakaran desa Wailete ini kedalam program rehabilitasi, dianggap bukan dalam rangka kerusuhan Ambon.3)
Serangan Massa Kristen ke Desa Air Bak Akhir Desember 1998
27 Desember 1998 : Desa Air Bak, yang hanya berpenduduk sekitar 8 keluarga beragama Islam (desa kecil) diserbu warga Desa Tawiri yang mayoritas beragama Kristen. Pertikaian ini diawali ketika ada Babi peliharaan masyarakat Tawiri memasuki kebun masyarakat desa Bak Air, hal seperti ini biasa terjadi. Menghalau dengan lemparan batu saja Babi akan keluar dari kebun. Kali ini, kejadian ini dijadikan masalah oleh orang Kristen Tawiri. Orang-orang Muslim dilempari batu. Tidak ada penyelesaian, malah warga Muslim yang ditahan polisi.
5 Januari 1999 : Di tengah masyarakat beredar isu akan tejadinya kerusuhan pada Hari Raya Iedul Fithri, meski beberapa penyampaian di antaranya dengan bahasa yang disamarkan. Di bagian lain bisa dibaca bagaimana isu itu berkembang di Kampung Batu Gantung Waringin. Seluruh rumah di situ dibakar dan diruntuhkan. Kampung ini dihuni oleh mayoritas orang Bugis.

Tragedi Berdarah di Dobo, Maluku Tenggara
14 Januari 1999 : Kerusuhan pecah di Dobo, kecamatan Pulau Aru (Kepulauan Tanimbar, Maluku Tenggara). Korban tewas delapan orang. Penyerangan dilakukan oleh kelompok Kristen tersebut bukanlah yang pertama kali. Sekitar satu bulan sebelumnya sempat terjadi kontak senjata tradisional meski dengan skala yang lebih kecil di tempat yang sama.
19 Januari 1999: Hari Raya Iedul Fithri. Kerusuhan pecah lagi di Dobo, setelah umat Islam melaksanakan sholat Ied. Dikabarkan 14 orang terbunuh, 10 orang di antaranya adalah orang Kristen. Sebanyak 55 rumah habis terbakar.
Ketiga peristiwa di atas jelas telah direncanakan sebelumnya dalam rangka mencoba rencana besar mereka, yakni pembantaian Muslim Ambon di Hari Raya Iedul Fithri. Kerusuhan Dobo (14/1) layak dianggap sebagai awal meletusnya Kerusuhan Ambon. Cukup banyak anggota TNI yang dikirim ke Dobo sehingga kekuatan TNI di Ambon berkurang dalam jumlah yang berarti. Jumlah sisanya tidak mampu berbuat apa-apa di kota Ambon pada tanggal 19 dan 20 Januari, sebelum datangnya bala bantuan TNI dari tempat lain. Apalagi kemudian, di Dobo, pada Iedul Fithri, juga pecah kerusuhan lanjutan yang cukup besar.4)
Dikaitkan dengan Tragedi Iedul Fithri Berdarah, rentetan ketiga peristiwa di atas harus dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan, atau sebagai 'babak pertama' dari seluruh babak yang berjudul 'Tragedi Iedul Fithri Berdarah'. Seandainya ummat Islam di Ambon menyatakan protes keras kepada pihak Kristen yang berpura-pura tidak tahu maka mereka akan ragu memasuki 'babak kedua', yaitu adegan 'Tragedi Iedul Fithri Berdarah'. Dengan kata lain Tragedi Iedul Fithri Berdarah itu belum tentu bisa terjadi karena uji cobanya tidak berhasil, Ummat Islam masih siap dan kompak, siaga menghadapi setiap kemungkinan.
Begitu pula Polri, jika betul-betul profesional dan bersungguh-sungguh dalam menangani kasus di atas, termasuk datangnya ratusan orang kiriman itu, maka peristiwa yang amat menyakitkan Ummat Islam se Indonesia ini mungkin tidak akan terjadi. Begitu juga kegelisahan masyarakat luas akibat munculnya kabar burung bahwa akan ada kekacauan besar ketika Shalat Iedul Fithri. Jadi sesungguhnya tragedi ini merupakan ketidak-profesionalan TNI atau lemahnya TNI akibat penghujatan. Jelas ini merupakan peluang yang mulus bagi golongan untuk merencanakan rencana makarnya.

Kamis, 16 Juni 2011

Kuliner Khas Ambon

Kuliner Khas Maluku "Mari katong, ronda-ronda ke Ambon Manise!"



Dalam soal diversifikasi dan ketahanan pangan, Kepulauan Maluku merupakan contoh terbaik di Nusantara. Di warung-warung makan khas Maluku, selalu tersedia kasbi (singkong) rebus, ubi jalar rebus, keladi (talas) rebus, dan pisang rebus. Semuanya ini bukanlah kudapan atau jajanan, melainkan makanan pokok sebagai layaknya orang Jawa atau Sumatra makan nasi.
Spoiler for Kasbi, Ubi, Kaladi, pisang, Kohu2, tumis jantung pisang, tumis pare, tumis bunga pepaya, ikan bakar dan Colo2:

Salah satu rumah makan yang masih menyajikan makanan Maluku secara tradisional adalah RM Paradise di Jalan Paradise Tengah, Ambon. Di rumah makan ini, jarang sekali orang memesan nasi sebagai karbohidrat. Lauk yang cocok untuk karbohidrat ini adalah kohu-kohu (semacam urap di Jawa, tetapi dicampur dengan ikan puri atau semacam teri mentah), tumis jantung pisang, tumis pare, tumis bunga pepaya, dan colo-colo. Tentu saja, ikan bakar menjadi protein yang cocok untuk sajian tradisional ini. Di RM Paradise, ikan bakar yang populer adalah ikan lema – semacam ikan kembung, tetapi lebih besar. Dagingnya lebih lembut dan manis dibanding ikan kembung. Bila saya tidak salah identifikasi, ikan jenis ini disebut sebagai ikan oci di Sulawesi Utara.
Spoiler for kelapa sisik:

Kasbi juga biasanya disajikan dengan kelapa sisik (kelapa setengah tua yang diiris tipis panjang). Kelapa yang gurih ini menambah kenikmatan makan kasbi. Diperlukan acquired taste untuk dapat makan singkong rebus, keladi rebus, ubi rebus, dan pisang rebus sebagai pengganti nasi. Namun, percayalah, begitu Anda menemukan kenikmatannya, pengalaman makan ini sungguh tak akan terlupakan.
Spoiler for sagu mentah:

Selain umbi-umbian, bahan makanan pokok di Kepulauan Maluku adalah sagu. Di pasar, kita selalu melihat sagu manta (sagu mentah) yang dijual dalam keranjang daun dalam ukuran sekitar sepuluh kilogram. Ada juga yang sudah dipotong-potong menjadi ukuran setengah-kiloan untuk memudahkan pembelian.
Spoiler for Papeda:

Sagu manta biasanya dipakai untuk membuat papeda. Bagi yang belum mengenalnya, papeda atau bubur sagu ini benar-benar mirip sepiring lem untuk menempelkan wallpaper ke dinding. Buburnya tawar – tidak ada rasanya. Karena itu, papeda harus dimakan dengan kuah yang sangat kaya citarasanya, misalnya: ikan kuah asam – yaitu semacam sup ikan dengan citarasa asam.
Spoiler for Papeda dan Ikan Kuah Kuning:

Ada dua macam ikan kuah asam: bening dan kuning. Yang kuning tentu saja memakai kunyit, ditambah kemiri. Untuk menciptakan rasa asam, biasanya dipakai blimbing sayur atau blimbing wuluh, dan lemon cina (lemon cui dalam bahasa Manado, semacam jeruk nipis yang isinya kuning-jingga dan beraroma harum).
Spoiler for Ikan Kuah Kuning Asam Mawe:

Tetapi, di Tulehu, sekitar satu jam di Utara Ambon, saya temukan sebuah warung sederhana dengan kuah asam kuning agak kental yang sangat lezat. Ternyata, di warung ini dipakai asam mawe – yaitu buah yang dikeringkan dan menciptakan rasa asam yang cantik. Bagi saya, ikan kuah asam kuning yang dimasak dengan asam mawe adalah yang paling mak nyuss. Ternyata, menurut keterangan yang saya peroleh, asam mawe kebanyakan digunakan sebagai bumbu oleh kaum Muslim di Maluku.
Spoiler for Sagu Bata:

Sagu juga menjadi bahan pangan pokok di Maluku dalam bentuk lain. Tepung sagu kering dilembabkan dengan sedikit arang, lalu dibakar dalam cetakan dari tanah liat, sehingga membentuk balok-balok kecil. Setelah dimasak, sagu kering ini dapat tahan berbulan-bulan. Teksturnya sangat keras, dan bila dimakan begitu saja dapat mengakibatkan gigi rontok.
Sagu dimakan dengan cara melembabkannya terlebih dulu. Bisa dimakan sebagai cemilan, dicocolkan ke dalam kopi panas atau teh panas, lalu dimakan. Dengan cara yang sama, sagu kering dicocolkan ke dalam masakan berkuah – misalnya: ikan kuah asam – agar lunak, dan kemudian dimakan.
Sagu juga dipakai sebagai bahan untuk membuat berbagai macam kudapan atau jajanan. Beberapa jajanan sagu yang mulai langka di Maluku adalah bubur ne dan sagu gula.
Spoiler for Bubur Ne:

Bubur ne dibuat dari sagu yang berbentuk bulatan kecil-kecil berwarna putih, merah muda, atau merah. Bulatan sagu ini dimasak dalam santan sampai empuk, kemudian dicampur dengan gula merah, daun pandan, dan kayu manis. Di Maluku, jangan pernah menyebut gula merah sebagai gula jawa. Gula merah dari kelapa banyak diproduksi di Saparua, karenanya dikenal dengan sebutan gula saparua.
Bubur ne adalah pencuci mulut (dessert) populer bila disajikan dengan es. Bila disajikan panas, biasanya dihidangkan bersama sagu. Lagi-lagi, sagu dicelup ke dalam bubur ne panas supaya lunak, dan menjadi snack yang mengenyangkan.
Spoiler for Sagu Gula:

Ada lagi jajanan yang kian langka, yaitu kue sagu gula. Cara membuatnya mirip dengan membuat sagu kering dalam cetakan tanah liat yang dibakar di atas bara. Bedanya, sagu dicampur parutan kelapa, lalu di tengahnya diisi gula saparua. Karena dicampur parutan kelapa, hasilnya adalah kue yang setengah kering – tidak keras seperti sagu. Saya suka sekali kue sagu gula ini. Top markotop!
Spoiler for Bagea Kenari:

Kue dari sagu yang lain adalah bagea kenari. Teksturnya keras seperti sagu, sehingga harus dilembabkan dulu dengan mencelupkannya ke dalam teh panas atau kopi panas. Tetapi, sekarang sudah banyak penjual kue yang membuat bagea kenari renyah, sehingga dapat langsung dimakan tanpa harus dilembabkan di dalam minuman panas.
Spoiler for Suami:

Suami

Di Ambon juga banyak perantau dari Pulau Buton, Sulawesi Tenggara, yang memopulerkan jenis karbohidrat yang lain, yaitu suami. Entah kenapa makanan yang satu ini disebut suami. Tidak seorang pun dapat menjelaskannnya kepada saya.
Suami adalah karbohidrat substitusi nasi yang dibuat dari singkong parut kemudian dikukus dalam bentuk kerucut, dibungkus dalam daun pisang. Karena kandungan pati yang tinggi, setelah dikukus, parutan singkong ini bertekstur padat, pulen, dan liat. Harus dicubit sedikit demi sedikit agar dapat disuap bersama lauk-pauk pendamping.
Spoiler for Sukun:

Snack populer di Maluku adalah sukun goreng. Ketika kami berkunjung ke Ambon belum lama ini, kami sampai berkali-kali singgah ke Rumah Kopi Joas karena kami semua “kecantol” sukun gorengnya yang istimewa. Lagi-lagi, snack non-beras yang lezat.

Pantai Natsepa

Ambon memang terkenal dengan pantai berpasir putih yang sangat memukau. Salah satu wujud pesona pantai berpasir putih tersebut adalah Pantai Natsepa, pantai terpopuler di Ambon yang hanya berjarak 14 kilometer dari ibukota.
Penduduk Ambon bahkan berkata kalau turis tidak berkunjung ke pantai Natsepa, berarti belum ke Ambon.
Pantai Natsepa terletak di Salahutu, Maluku Tengah. Pantai dengan pasir putih yang sangat luas ini sangat cocok mengisi hari-hari santai Anda yang senang berjemur, berenang, bermain pasir, dan berbagai aktivitas pantai lainnya. Debur ombak yang tenang membuat pantai ini bersahabat bagi para perenang pemula.
Akses menuju pantai ini amat mudah.
Anda bisa menggunakan transportasi umum dari stasiun di kota Ambon ke Suli dengan harga Rp 5.000 selama setengah jam. Transportasi umum ini mulai beroperasi pk 05.00-07.00 WIT. Jika menggunakan kendaraan pribadi, hanya membutuhkan 20 menit.
Harga tiket masuk pun sangat terjangkau. Anda hanya perlu merogoh kocek Rp 1.000 per orang. Adapun biaya parkir mobil adalah Rp 2.500 dan biaya parkir motor adalah Rp 1.500.
Di sore hari, Anda dapat menyewa perahu boat menuju seberang pantai untuk melihat aktivitas pengangkutan tripleks ke pabrik pengolahnya yang bernama Pabrik Tripleks Batu Gong yang berlokasi di Pantai Natsepa. Harga sewa perahu adalah Rp 20.000 untuk satu jam. Daya tampung perahu ini adalah 10-15 orang.
Berjalan ke luar pantai, Anda akan menemukan deretan para penjual rujak. Rujak Natsepa atau Rujak Suli (berasal dari Desa Suli) adalah rujak khas masyarakat Ambon. Rujak ini dijual dengan harga Rp. 5.000 per porsi, sangat pas menemani Anda menikmati keindahan pantai Natsepa.
Sekitar 700 meter dari pantai, Anda akan menemukan pasar ikan segar yang beroperasi menjelang malam. Ikan-ikan laut segar ini dijual para nelayan yang pergi melaut hingga pagi hari. Jika cuaca bagus, harga ikan sangatlah murah. Seekor ikan cangkalang seukuran tangan hanya Rp 5.000. Kalau cuaca sedang tak bersahabat, harga mencapai dua kali lipatnya.
Pendek kata, Anda tak boleh melewatkan pantai Natsepa jika berkunjung ke Indonesia Timur, khususnya Ambon. Pantai yang menjadi simbol kota Ambon ini terlalu indah untuk dilewatkan.

Menikmati Keelokan Pantai Ambon Manise

PULAU cantik yang masuk wilayah Provinsi Maluku ini terbagi menjadi dua bagian, yakni utara (Lei Hitu) yang masuk administrasi Kabupaten Maluku Tengah dan bagian selatan (Lei Timur) yang masuk administrasi Kota Ambon.
Bila Anda berkesempatan untuk mengunjungi pulau yang dulunya merupakan salah satu pusat penghasil rempah-rempah Nusantara ini, jangan lewatkan untuk menikmati berbagai pesona alam dengan karakteristik khas, mulai pegunungan, perbukitan, pesisir pantai, hingga lautnya yang begitu indah.
Ambon memang kaya akan potensi alam yang sangat layak dijadikan objek wisata, terutama wisata bahari. Potensi wisata bawah laut di Ambon layak menjadi andalan karena luas wilayah lautnya yang besar dan menyimpan sejuta kekayaan alam.
Maklum saja, secara geografis, posisi Ambon dikelilingi perairan dan teluk, seperti Laut Banda, Teluk Ambon, Teluk Dalam, dan Teluk Baguala. karena itu, tak mengherankan bila daya tarik wisata pantai dan wisata laut merupakan hal yang paling membanggakan.
Beberapa objek wisata pantai yang layak Anda kunjungi saat pergi ke Ambon di antaranya wisata Pantai Namalatu, Santai, dan Lelisa Beach di Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe. Pantai Namalatu berada tepat berhadapan dengan Laut Banda, terletak di sebelah selatan Pulau Ambon atau sekitar 15 km dari pusat Kota Ambon. Pantai ini cocok untuk lokasi penyelaman dengan panorama bawah laut yang indah, dan ditunjang dengan batu karang yang memanjang seperti papan yang menutupi pinggiran pantai.
Sementara itu. Pantai Santai dan Lelisa memiliki formasi karang yang menjuntai hingga ke pantai sehingga memberikan pemandangan yang khas saat pasang surut. Kemudian terdapat juga wisata Pantai Natsepa di Desa Suli, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah yang telah terkenal karena panorama alamnya hingga ke mancanegara.
Selain pantai, ciri khas Ambon sebagai kota kepulauan juga ditandai dengan wujud warisan sejarah dan budaya fisik seperti gedung ibadah, tempat pemakaman, perumahan raja, berbagai patung dan monumen perjuangan serta benteng-benteng sejarah.
Mengulik wisata sejarah Kota Ambon dapat dimulai dengan mengunjungi gereja tua, masjid tua, dan Benteng Amsterdam di Desa Hila, Kecamatan Leihitu. Gereja Immanuel Protestan di Ambon, misalnya, hingga kini diduga sebagai gereja tertua di Indonesia dan dibangun Portugis pada 1580, tetapi diambil alih oleh Belanda 200 tahun kemudian.
Tidak kalah tua dari Gereja Immanuel, ada Masjid Wapaue yang dibangun pada 1414 di dekat Gunung Wawane. Menurut legenda, masjid tersebut dipindahkan ke tempatnya sekarang pada 1664 dengan menggunakan kekuatan gaib.
Selain itu, terdapat pula Benteng Amsterdam di kawasan pantai utara yang dibangun Portugis pada 1512, dan diambil alih oleh Belanda pada awal abad.ke-17. Berbagai monumen lambang saksi sejarah juga layak dikunjungi, seperti Monumen Pattimura yang dibangun di pinggir lapangan olahraga tempat Pattimura dan pengikutnya menjalani eksekusi hukuman gantung. Kemudian Monumen Martha ChristinaTiahahu, perempuan pejuang kemerdekaan asal Maluku, di kawasan Karang Panjang.
Jika belum puas menggali informasi sejarah Ambon lebih dalam lagi tak salah bila Anda pergi ke Museum Siwalima Ambon yang menyimpan lebih dari 6.000 benda koleksi peninggalan masa lalu. Museum Siwalima memiliki koleksi antara lain benda-benda peninggalan sejarah, rumah adat, don pak.lion .id.il Maluku.
Setelah puas menikmati keindahan pariwisata kota Ambon, jangan lupa untuk membeli berbagai oleh-oleh dan cendera mata untuk kerabat dan keluarga di rumah. Cendera mata khas Ambon yang paling diminati wisatawan adalah besi putih. Besi putih dapat Anda temui di kawasan Tugu Trikora Ambon, Pasar Mardika Ambon, dan Ambon Plaza.
Para wisatawan tertarik untuk berbelanja besi putih karena desainnya yang menarik, tahan lama, dan harga relatif murah. Cincin besi putih, misalnya, hanya dihargai RplO.000-175.000, anting-anting Rp 10.000-125.000, kalung Rp25.000-Rp275.000, dan gelang Rpl0.000-Rp225.000.
Dari segi makanan, kuliner khas Ambon juga tak kalah menarik untuk dijajal para wisatawan. Sem patkan diri Anda untuk berwisata kuliner ke Cafe Panorama di Karang Panjang, Ambon. Dari kafe itu Anda akan disuguhi pemandangan Pelabuhan Koto Ambon dengan kapal besar yang lengah berlabuh.
Pemandangan eksolis ini makin sempurna dengan aneka hidangan makanan yang disajikan di Cafe Panorama. Ada kepiting saus asam m.inis. ikan kuah kaya rempah-rempah, ik.m bakar biironan lalosi, kakap merah yang segar, sartajloitil tea y.iug unik dengan pilihan rasa teh bunga mawar, melati, dan lavender.
Satu lagi sebagai penutup wisata Anda, jangan lupa kunjungi juga rumah makan terkenal Ji \mbon, yakni Ratu Gurih yang berada Jalan Diponegoro nomor 26. Rumah makan itu terkenal dengan makanan lautnya seperti ikan bakar sambal colo-colo yang bercita rasa kuat dari jeruk cina, sup ik.m bobora daun kemangi, cah bunga pepaya, seda lenijv dan tahu penyet dengan sambal nierali di ataui) a.
Semua keindahan alam dan kelezatan kuliner yang bcrpadu dengan manis di Pulau Ambon ini seolah ingin menegaskan tempat ini memang layak dijadikan salah satu destinasi wisntn anriaian di Tanah Air. (SN/S-5) Siapa yang tak kenal Pulau Ambon di Kepulauan Maluku? Tidak cuma memiliki alam yang indah, Ambon juga menyimpan warisan sejarah serta pesona wisata kuliner yang memanjakan.
Entitas terkaitAmbon | Belanda | Besi | Cafe | Cendera | Cincin | Desa | Gereja | Gunung | Indonesia | Ji | Karang | Kecamatan | Kepulauan | Kuliner | Laut | Lei | Lelisa | Maklum | Mengulik | Nusantara | Pantai | Pattimura | Pemandangan | Portugis | Potensi | PULAU | Rumah | Sem | Tanah | Teluk | Benteng Amsterdam | Bila Anda | Cafe Panorama | Jalan Diponegoro | Kota Ambon | Lelisa Beach | Masjid Wapaue | Monumen Pattimura | Museum Siwalima | Pantai Namalatu | Pantai Natsepa | Pantai Santai | Pasar Mardika | Provinsi Maluku | Pulau Ambon | Ratu Gurih | Tugu Trikora | Gereja Immanuel Protestan | Kabupaten Maluku Tengah | Kemudian Monumen Martha | Museum Siwalima Ambon | Pelabuhan Koto Ambon | Menikmati Keelokan Ambon Manise |
Ringkasan Artikel Ini
Kuliner dan cendera mata Setelah puas menikmati keindahan pariwisata kota Ambon, jangan lupa untuk membeli berbagai oleh-oleh dan cendera mata untuk kerabat dan keluarga di rumah. Semua keindahan alam dan kelezatan kuliner yang bcrpadu dengan manis di Pulau Ambon ini seolah ingin menegaskan tempat ini memang layak dijadikan salah satu destinasi wisntn anriaian di Tanah Air. PULAU cantik yang masuk wilayah Provinsi Maluku ini terbagi menjadi dua bagian, yakni utara (Lei Hitu) yang masuk administrasi Kabupaten Maluku Tengah dan bagian selatan (Lei Timur) yang masuk administrasi Kota Ambon. Bila Anda berkesempatan untuk mengunjungi pulau yang dulunya merupakan salah satu pusat penghasil rempah-rempah Nusantara ini, jangan lewatkan untuk menikmati berbagai pesona alam dengan karakteristik khas, mulai pegunungan, perbukitan, pesisir pantai, hingga lautnya yang begitu indah. Beberapa objek wisata pantai yang layak Anda kunjungi saat pergi ke Ambon di antaranya wisata Pantai Namalatu, Santai, dan Lelisa Beach di Desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe. Pantai ini cocok untuk lokasi penyelaman dengan panorama bawah laut yang indah, dan ditunjang dengan batu karang yang memanjang seperti papan yang menutupi pinggiran pantai.

Objek wisata ambon manise

Ambon Manise

Kota Ambon adalah kota dan sekaligus ibu kota provinsi Maluku, Indonesia
Kota ini dikenal juga dengan nama Ambon Manise, merupakan kota terbesar di kepulauan Maluku. Saat ini kota Ambon menjadi pusat pelabuhan, pariwisata dan pendidikan di provinsi Maluku.

Sejarah
Kota Ambon mulai berkembang semenjak kedatangan Portugis di tahun 1513, kemudian sekitar tahun 1575, penguasa Portugis mengerahkan penduduk di sekitarnya untuk membangun bentengKota Laha atau Ferangi yang diberi nama waktu itu Nossa Senhora de Anuneiada di dataran Honipopu. Dalam perkembangannya sekelompok masyarakat pekerja yang membangun benteng tersebut mendirikan perkampungan yang disebut Soa, kelompok masyarakat inilah yang menjadi dasar dari pembentukan kota Ambon kemudian (Citade Amboina) karena di dalam perkembangan selanjutnya masyarakat tersebut sudah menjadi masyarakat geneologis teritorial yang teratur.
Selanjutnya, setelah Belanda berhasil menguasai kepulauan Maluku dan Ambon khususnya dari kekuasaan Portugis, benteng tersebut lantas menjadi pusat pemerintahan beberapa Gubernur Jenderal Belanda dan diberi nama Nieuw Victoria (terletak di depan Lapangan Merdeka, bekas Markas Yonif Linud 733/Masariku kini markas Detasemen Kavaleri).

Berikut ini adalah beberapa objek wisata berlibur di Ambon khususnya objek wisata pantai.



Pantai di Ambon



Pantai Teluk dalam



Pantai Natsepa





Pantai liang


Adapun salah satu pilau di Ambon yang di lindungi oleh provinsi Maluku.




Pulau Pombo







Pulau Pombo merupakan pulau yang terletak di timur laut Pulau Ambon sangat bagus untuk menyelam karena airnya yang jernih dengan keindahan alam bawah laut yang kaya akan terumbu karang serta dihiasi dengan flora dan fauna laut.